Ini tulisan ke-2 dari folder draft yang aku unggah. Tahu lokasi ini dari instagram, lalu ketika ke Bandung kami mampir berkunjung.
Yang aku ingat ketika ke sini, ayam petelurnya yang dibiarkan bebas tanpa kandang dan berdoa dalam hati akan memelihara ayam petelur seperti itu nanti di rumah impian.
———————————————————–
3 Juni 2016
Kami ke dago dairy farm, Hari minggu setelah kemping di ranca upas. Kenapa ke peternakan, karena cakrawala nge-fans banget ma sapi. Pernah ke jendela alam, tapi yo kurang greget. Makanya pas tahu dago dairy farm dan bisa dikunjungi, happy banget. Liat-liat di instagram nya @dago_dairy dapat kontak nya bu yanti (pemilik peternakan). Sempat khawatir gak bisa kalo cuma 1 family karena di foto2 di IG banyakan posting rombongan.

instagram @dago_dairy
Lokasi dago dairy farm ini blusuk-blusuk, tapi tenang bu yanti (pemilik peternakan) sudah memberi kami peta. Ancer2nya dari terminal dago, ada pertigaan, ambil jalur jalan kecil yang kiri. Ikuti itu jalan, sampai ada jalan dalem wangi, masuk. Dari situ akan bertemu jalan berliku naik turun, tapi tetep ok buat mobil. Menuju ke lokasi tidak ada papan penunjuk arah. Kalo anda mulai ragu, berhenti dan tanya orang di jalan 🙂
Lega setelah ketemu jalan menanjak berbatu sesuai peta, yeay….mobil diparkir, kami jalan. Ngos2an di terik siang.

———————————————————–
Ternyata ceritanya baru sampai menuju lokasi😀.
Dago dairy ini sebelahan sama hutan, jadi sepi banget. Adem rasanya. Di sini anak-anak lihat pemerahan sapi susu yang sudah pakai alat perah bukan manual pakai tangan lagi. Dulu seingatku biayanya 100rb, dapat susu murni, yogurt dan telur produksi sana.
Kami ditemani sama pemiliknya Mr. Mark. Beliau bisa berbahasa indonesia ala bule😁. Ramah sekali orangnya.

Foto yang bisa ditemukan di facebook. Bersama Mr. Mark di depan kandang ayam.
Anak-anak suka sekali ke sini. Sampai sekarang mereka ingat sama Mr. Mark. Ke sini menjadi salah satu pemantik untuk memiliki peternakan kelak. Semoga tercapai. Amin.