Cerita Mudik Lebaran 2017 : Transit Semarang

Entah kenapa aku jarang bisa menuliskan cerita mudik di blog ini. Apa karena kebanyakan makan gulai kambing pas di kampung ya? Untuk kali ini, akan kucoba mengerahkan segenap jari untuk menulis cerita selama mudik kemarin. Ayo kita mulai dengan Semarang  #bismillah. 

Kami itu selalu menjadikan Semarang sebagai kota transit setiap perjalanan kami ke arah timur karena letaknya di tengah antara Bekasi – Probolinggo (entah setengah lebih atau setengah kurang -pastinya).

Walaupun sering dimampiri, kami tidak pernah merasa total menjelajah semarang baik tempat wisata, belanja ataupun kulinernya. Penyebab pertama, kami sering sampai di Semarang ketika sudah larut malam, capek dan kasur hotel lebih menarik. Kedua, ketika paginya kami udah kenyang sarapan dengan menu hotel dan melanjutkan leyeh-leyeh di kasur. Ketiga, mungkin karena merasa nanti juga bakal lewat lagi, hohoho.

Lah kemarin itu, dengan adanya tol fungsional Brebes – Gringsing kami bisa lebih cepat sampai Semarang.  Sedangkan pada perjalanan balik ke bekasi, kami brangkat dari Probolinggo malam hari (biasanya pagi) sehingga bisa sampai Semarang keesokan siangnya. 

Ada beberapa kuliner yang kami cicipi selama di Semarang *mendadak lapar. Urutan pertama adalah Nasi Goreng Babat. Nasi goreng babat yang kami kunjungi yaitu Nasi goreng Babat Sumarsono dan Nasi Goreng Babat Pak Karmin. Yang lebih masuk di lidah jawa timur kami nasi goreng babat Pak Sumarsono, nasi goreng babat Pak Karmin terlalu manis buat kami. Selain itu nasi goreng babat Pak Sumarsono juga lebih banyak babat dan rekan-rekan sesama jeroan-nya #nyuuum. 


Nasi goreng babat Pak Sumarsono (atas) VS nasi goreng Babat Pak Karmin (bawah).

Kuliner kedua yaitu Ayam Goreng Pak Supar. Kesini atas rekomendasi temannya paksu. Aku gak ikutan makan soalnya waktu itu udah malam banget dan aku merasa cukup dengan makan lunpia saja *pencitraan. Kata Pak Candra ayam goreng nya uenak. 


Selain makanan berat, kami juga mencoba makan es krim di Toko Oen. Pilihan kami adalah es krim vanila dan coklat yang harganya paling murah #hemat. Masing-masing gelas mendapat 2 scoop. Rasanya enak tapi menurutku tidak istimewa. Harganya juga mahal untuk aku yang biasa beli es krim walls hehehehe. Per gelas harganya 20rb an. 

Selama menjadikan Semarang sebagai tempat menginap, kami belum pernah mencicipi cemilan khas semarang macam lunpia, wingko babat, tahu bakso, bandeng presto dan tahu petis dll. Mudik kemarin kami berhasil memakan semuanya kecuali dll. Horeeee!!!

Lunpia kami beli di seberang Toko Oen, namanya lunpia semarang. Harga satu lunpianya 15rb dan ukurannya besar. Cukup buat makan malam *pencitraan lagi. Rasa? Aku kurang menikmati. Lagi-lagi kemanisan buat aku. 

Merasa kurang puas dengan lunpia kami beralih ke tahu petis. Pilihan kami jatuh ke tahu petis yudhistira setelah melihat jarak dan review di google map. Tempatnya agak masuk dari jalan raya, di samping rumah gitu. Tapi tempatnya kekinian dan bersih. Kami betah disini. Disini juga jual lunpia dan tahu bakso ikan serta oleh-oleh jajajan semarang. Pengunjung bisa memilih makan ditempat atau take away. Kami bungkus tahu bakso, tahu petis dan satu botol petis.  

Bandeng presto pun kami datangi. Terletak di pojokan jalan pandanaran, gedung baru dengan ornamen bandeng besar di tembok depannya menarik perhatian. Tapi, pas masuk kedalam, entah AC nya mati atau memang gak pake AC, gerah banget. Bikin gak betah blanja. Yang paling mengenaskan toiletnya kotor. Heran saya, padahal bangunan baru lho. Untunglah kami menemukan permen asem kesukaan disini dan juga wingko babat yang enak (lupa merknya 😦 ). oh ya, untuk bandengnya rasa biasa menurut aku.  Harganya untuk 1kg sekitar 100rb an. Gak punya foto di tempat ini, gak konsen habis kena bau toilet dan kepanasan pula :). Semoga nanti bisa lebih bersih lagi ya Bandeng Presto….

Selain berkulineran kami juga sempat menikmati malam di Simpang Lima. Rame banget pas malam minggu. Susah pula nyari parkiran. Kami menjajal naik kendaraan kayuh yang penuh lampu itu. Harga sewanya 40rb, dikayuh sendiri untuk 1 putaran keliling simpang lima. Ada juga permainan anak kayak mobil-mobilan di dalam simpang limanya. 

Kejadian terpenting (versi bunda tentu 🙂 ) adalah ayah nganterin bunda ke showroom sango. Yeaaay!! Padahal letaknya jauh loh dari hotel. Makasih pak suami tercintah. 

Showroom sango ini terletak di lantai dasar Plasa Semarang. Ada 3 ruangan. Ruangan pertama menjual sango yang diskon sd 60% karena produknya stok lama atau ada cacat dikit (foto diatas). Pengen banget aku lama disini, tapi lihat duo Lintang Cakrawala lari muter-muter diantara rak, aku ngeri. Jadinya aku keluar ruangan ini dengan tangan hampa, hikss.

Ruangan kedua berisi aneka produk samgo dengan harga normal, motif-motifnya bikin ngiler *ambil lap. Di ruangan ini aku juga keluar dengan tangan hampa. Bukan, bukan karena mahal tapi gak ada yang aku butuhkan di ruangan ini  *mencoba bijak 🙂 .

Sedangkan ruangan ketiga berisi produk sango polos putih dan aneka perlengkapan rumah tangga berbahan plastik, stainless stell dll. Aku beli sesuatu disini. Horee!! Sebuah teapot sango berwarna putih untuk melengkapi koleksi cangkir ku. Pssst, alasan membeli teapot ini yang kupakai ke paksu, hihihi. Padahal beli di toko biasa juga ada ya #rahasia. 

Terus beli apa lagi? Sama sendok sayur. Itu doang? Hihihi….namanya juga melepaskan diri dari kekepoan. 

Semarang ternyata banyak banget tempat makan enak ya. Masih banyak nih list yang belum dicontreng. Sampai jumpa akhir bulan ini ya Semarang…

2 thoughts on “Cerita Mudik Lebaran 2017 : Transit Semarang

  1. Mupeng deh aku mba liat keramik2 Sango tuh 😀 . Coba duo Lintang Cakrawala dibawa ayahnya ketempat lain dulu jd mba Wulan punya waktu buat liat2 keramiknya 😉 . Namanya anak2 mba persis Benjamin klo ke supermarket lari2an mulu, 2 mingu lalu jatuh dagunya berdarah banyak banget, langsung ambil tisu basah dan hansaplat bayar belakangan.

    • Iya mba….anak2 tuh gak ada capeknya. Aku juga gak kepikiran buat pisah tempat tujuan soalnya waktu itu udah perjalanan pulang dan gak ada tujuan lain.

      Pecah belah emang menggoda ya mba. Padahal buat aku yang gak doyan masak, dipake nya jarang, hihihi.

      Mba, gimana kabar jadi ibu beranak 2? Seru ya 🙂

Leave a reply to Emaknya Benjamin br. Silaen Cancel reply